Senin, 22 Desember 2008

Menyoal UU BHP!!!

Banyak mahasiswa yang menentang eksistensi dari UU BHP ini, demo anarkis hingga melakukan penetrasi ke dalam ruang rapat dewan pun dilakukan. Tapi apa sebetulnya esensi dan maksud dari kebijakan ini benar benar buruk? Saya sendiri ragu pemerintah segoblok itu dengan tidak memperhitungkan konsekuensi dari menurunnya aksesbilitas mahasiswa kurang mampu yang sebenarnya sanggup sacara intelektual mengenyam bangku universitas. Wacana soal BHP ini sebenarnya sudah pernah saya dengar dari awal saya menginjakkan kaki di UGM. Dari yang saya dengar, pada intinya universitas membutuhkan dana yang teramat besar untuk biaya operasionalisasi dan pengembangan, sementara subsidi dari pemerintah teramat kecil, padahal di sisi lain UGM yang terkenal sebagai kampus rakyat dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan secara murah!!! Jelas tidak mungkin untuk mengcover dialektika 3 pihak tersebut; pemerintah, kampus dan masyarakat!!!

Policy alternative yang tersisa adalah pemberian otonomi kampus oleh pemerintah, sehingga kampus bisa mencari “penghidupan” tambahan, maka munculah SPMA, SPP dan BOP yang kian naik. Sampai disini 2 kepentingan telah terselesaikan, pemerintah bernafas lega, opersionalisasi kampus pun berjalan. Lantas bagaimana dengan pendidikan yang murah? Maka disinilah KEBIJAKAN BEASISWA mengambil peran, di UGM sendiri saya tauk pasti banyak yang mendapat beasiswa, sehingga banyak teman saya yang mendapat keringanan untuk tidak membayar BOP. Diantara mereka pun mungkin banyak yang meng-NOL kan form jumlah pengisian SPMA waktu UM. TOH NYATANYA MEREKA LANCAR BERKULIAH!!!Itu menunjukkan bahwa UGM masih sensitif.

Memang sih beberapa malah mungkin harus membayar puluhan juta ke UGM. Tapi sekali lagi itu pasti karena mereka MAMPU dan MAU. Kalau tidak mengapa mereka gak mengajukan keringanan BOP saja atau meng-NOL kan SPMA? Saya rasa apabila kebijakan BEASISWA ini tepat guna maka persoalan selesai sudah. Kembali pada konsep bahwa adil tidak berarti sama, yang sebenarnya mampu membayar tinggi apa salahnya dikenakan biaya yang tinggi pula? Toh ini semata mata demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas kan? Mana mungkin coba UGM mau bagus kalau universitasnya KERE!?

3 komentar:

  1. setudju bos!
    subsidi silang ajah; semakin mampu semakin gede bayarannya buat bantuin yg gak mampu bayar. gini kan enak, semua bisa sekulah.

    BalasHapus
  2. Semoga persoalan ini mendapatkan win-win solution yang baik untuk semua pihak...

    BalasHapus
  3. ah aku jadi ingin nulis kekesalanku dengan mahasiswa yang ngaku aktivis itu.

    BalasHapus