Minggu, 01 Juni 2008

Matikan Rokokmu Sekarang Juga


Ada yang bilang merokok di Indonesia itu sudah tradisi, semacam basa basi pengakraban diri ketika bertemu kawan atau orang yang baru dikenal, sembari nongkrong dan kemudian merokok bersama…Obrolan ringan pun mulai mengalir, bicara apa saja selain politik, rokok pun melambangkan kejantanan, modernitas. Tapi apa iya “yang membunuh” itu akan tetap kita lestarikan atas nama tradisi yang sudah mengakar? Kemarin tanggal 31 Mei diperingati sebagai hari tanpa tembakau, atau yang terjemahan bebasnya hari tanpa rokok. Saya sempet larut dalam diskusi multidispliner Majelis Guru Besar UGM yang membahas tentang “Kebijakan Rokok; Antara Pencegahan Penyakit dan Pertumbuhan Ekonomi” yang meskipun hasil akhir dari diskusi ini kurang jelas seperti diskusi multidisipliner pada umumnya, tapi beruntung saya mendapatkan sedikit pencerahan.

Indonesia berhutang banyak pd Industri rokok, sumbangan devisa, iklan dan sumbangsih lain dalam berbagai bidang pembangunan termasuk yang paling terkenal, yaitu sarana dan prasarana pelatihan atlet bulutangkis kelas internasional pun dihandle oleh perusahaan rokok, industri ini pun terkenal telah menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya, tapi apa iya itu purely dilakukan atas nama amal? Saya c lebih setuju kata Prof Dr Muhadjir Darwin (Kepala PSKK UGM), bahwa itu semua bukan amal dan murni profit oriented, dijelaskan pula bahwa pembatasan atas media iklanlah yang memaksa industri ini berpromosi dalam bentuk lain, dan…ya…melalui event2 khas anak muda; musik, olah raga, pendidikan dll. Industri ini seolah ingin menghapus jejak bahwa industri rokok merupakan salah satu bentuk economic underground seperti korupsi, illegal logging, penjualan pasir laut ke negara tetangga yang tetap survive dan menyelamatkan Indonesia ketika krisis moneter berlangsung. Kalau memang karena alibi diatas maka saya ingin menyarankan pemerintah untuk sekalian saja mengesahkan bentuk economic underground lainnya, supaya para pelakunya bisa menjalankan bisnisnya dengan baik dan menyumbang ‘sedikit’ devisa untuk bangsa ini. Yang perlu ditekankan pada sisi ini adalah kenyataan bahwa sumbangsih dan ‘peran’ industri rokok selama ini terhadap Indonesia hanya solusi sementara, dan tolong y…Jgn terpana banyaknya devisa yang disumbang, tapi lihatlah dampak kedepannya (untuk ini saya setuju sekali tentang pernyataan bahwa pemerintah Indonesia mengalami miopi, dimana pemerintahnya kurang bisa melihat dampak jangka panjang dari suatu proyek)

Bangsa Indonesia akan dipimpin oleh generasi perokok impoten yang paru parunya jebol. Dan secara tegas saya katakan sudah ada penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa Negara yang berhasil menekan penggunaan rokok mendapatkan 2x keuntungan daripada Negara yang membiarkan industri ini berkembang dan memberikan devisa tahunan yang tidak seberapa dan sifatnya sementara itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar