Halo kawan kawan.
Udah lama bgt gak update blog, *sapu lantai, bersihin sarang laba-laba, bakar sampah*. Sebenarnya mau nulis banyak hal soal alibi lama gak ngeblog, tapi nanti malah terdengar seperti excuse kemalasan saya belaka, hahahahahaha... Langsung aja ya, sedikit cerita soal duty travel saya kemarin ke Manokwari Papua Barat. Silakan membaca:
Dari Jakarta ke Papua pake penerbangan malam pukul 22.45 WIB, maskapainya Bata*ia karena maskapai andalan Gar*da gak buka rute ke sana. Transit 2 kali aja di Makassar dan di Sorong. Transit di Makassar ini sekitar 1 jam dan di Sorongnya 20 Menit. Hal ini untuk mengulur waktu karena Bandara Rendani tidak melayani pendaratan ketika hari masih gelap, hahahahaha... Jadi Bandara yang bentuk fisiknya tidak lebih baik dari Kantor Kelurahan di Jakarta ini runway nya tidak memiliki lampu, sehingga akan menyulitkan pendaratan. Sore hari ketika ada pesawat yang akan mendarat pun, pihak Bandara akan membunyikan sirine untuk mengusir para penduduk yang bermain sepak bola di landasan. Absurd abis.
Sampai di Manokwari, saya menginap di Mansinam Beach Hotel. Awalnya sempet low ekspektasi abis sama penginapan di sini, konon kabarnya banyak yang gak layak dan overpriced pulak. Tapi Mansinam Beach Hotel bikin saya mingkem, dengan rate untuk kamar Deluxe hanya IDR 350.000,- Hotelnya udah enak bgt, kasur gede, ac, air panas, tivi kabel dan toiletries saya cukup puas. Kekurangannya cuman satu, tidak ada wifi sodara sodara. Buat kalian yang para social media junkie siap siap berpuasa ya karena semua provider di sini menunjukkan gejala yang sama, LEMAH SINYAL. But who needs a fucking wifi if you have this scenery on ur hotel room backyard??? *kemudian mengucap subhanallah*
|
Mantap Kaaan??? :D |
Abis cek in, istirahat bentar kemudian lanjut gedebak gedebuk kerjaan dulu yang pastinya gak menarik buat ditulis disini, *kemudian timelapse*. 3 Hari kemudian kerjaan beres, lanjut lagi jalan jalan keliling Kota sempet mampir di beberapa Pantai andalannya Manokwari, tapi nothing special. Masih lebih kerenan Pantai belakang kamar hotel pokoknya. Topografi dari Manokwari Papua ini mirip kayak di Ambon, jalan raya sebelahan sama laut dan langsung laut dalam pemirsa, jadi gak heran kalo tiba tiba lo lagi nyetir mobil, terus ada kapal besar di sebelah lo tiba tiba ngajakin trek trekkan, layanin aja ya daripada dianggep belagu ama penduduk setempat. *pffffffftttttt*
Suku mayoritas di Manokwari adalah Suku Arfak, di Tanah Papua ini, kesukuan masih sangat kental, semangat kesukuannya pun terpatri dan mewarnai kehidupan sehari hari mereka, semua diselesaikan secara adat. Contoh ekstrim cerita dari regional consultant setempat, tanah pun kalo sudah dibeli secara legal bisa diambil alih lagi atas nama wilayah adat. Butuh effort yang tidak main main untuk beradaptasi dan menaklukkan Papua.
|
Gedung PIP2B Kementerian PU Manokwari |
Hari terakhir dihabiskan dengan berkeliling Manokwari, beli oleh-oleh untuk orang kantor berupa Abon gulung, yaang recomended merk Billy. satu kardus isi 10 nya IDR 100rb untuk yang original dan IDR 110rb untuk yang isiannya macam macam. Tahan sampai 4 hari dan katanya sih, ini katanya loh ya ENAK BGT!!! Jujur saya sendiri gak nyobain karena memang gak doayan segala macam produk makanan yang berdasar abon, hahahaha...
|
Laut pinggir jalan dengan dermaga mini yang nan unyuuu... |
|
Gubernuran Papua yang sedang dalam proses pembangunan, dari sini, view ke teluk dan pemukiman di bawahnya nampak jelas, pinter milih lokasi nih pemprovnya... |
|
One of Papua's Child |
|
Sampai jumpa di postingan dan field trip berikutnya... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar